INTRODUCTION
Nice
Speech, but what are you going to do?
-SHIMON PERES to SHAI
AGASSI
Dimulai
dari kisah dua orang yang duduk di ruangan mewah Hotel Sheraton Sheeof di
sekitar pegunungan Alpen. Mereka sedang membicarakan masalah serius dimana satu
orang berumur dua kali lebih tua daripada orang yang satunya. Satu diantaranya adalah
Shimon Peres, Perdana menteri Israel dua periode dan peraih nobel. Serta Shai
Agassi, seorang executive di perusahaan SAP (perusahaan software terbesar) di
dunia.
Agassi
bergabung di German tech Giant pada tahun 2000 dan mendirikan perusahan TopTier
software di usianya yang ke-24 tahun. Lima belas tahun kemudian dia mendirikan
cabang SAP dan menjadi anggota non-German termuda di SAP. Shai Agassi mempunyai
impian terkait auto industry masa depan walaupun dia sendiripun bertanya apakah
idenya terlalu muluk. Pada pertemuan young leader “Baby Davos” dia
mengungkapkan idenya yang sangat ambisius yaitu membuat suatu Negara yang tidak
bergantung pada minyak. Banyak yang berpikir dia sangat naïve. Namun Agassi
tetap berpikir bila ada satu Negara yang tidak tergantung pada minyak maka
Negara lain akan mengikuti. Suatu langkah untuk membuat kendaraan bermotor
(mobil) tanpa bahan bakar minyak.
Pada
kondisi ini Agassi berpikir lebih sederhana yaitu pada kendaraan bertenaga
baterai (berbasis listrik)/electric cars. Konsep ini tetap ditolak karena bahannya
sangat terbatas dan terlalu mahal. Sekali lagi dia tetap berpikir bahwa ada
solusi supaya electric cars tidak hanya dapat berjalan namun juga diminati oleh
konsumen.
Tetapi
apabila bukan karena Peres bahkan Agassi
tidak akan berani mengejar impiannya. Setelah mendengar kisah Agassi tentang
konsep “oil-independent”nya Peres
memanggil Agassi dan berkata “Nice
Speech, but what are you going to do?” dan akhirnya Peres menantang Agassi
untuk mewujudkan impiannya dan bersedia membantunya.
Peres
sangat serius akan hal ini dan dibuktikan dengan mengatur pertemuan hingga 50
pertemuan dengan pada petinggi perusahaan dan pemerintahan dan juga mengirimkan
surat kepada lima perusahaan pembuat mobil terbesar sesuai konsep Agassi untuk
bertemu di “Swiss Hotel”
Pada
pertemuan tersebut, mayoritas perusahaan menolak termasuk American Big Three :
G.M, Ford, dan Chysler. Mereka tidak sepakat dan apabila dapat terlaksana
mereka tidak akan memulainya dari Israel. Bahkan pada pertemuan Davos dengan
orang-orang dari auto industry, mereka tidak hanya menganggap remeh ide
tersebut tetapi balik mengatakan bahwa Peres tidak akan pernah bisa mewujudkan
impian tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertemuan pertama tersebut
berlangsung sangat memalukan.
Pada
pertemuan selanjutnya dengan Charlos Ghosn, CEO of Renault and Nissan, Peres
jutsru semakin bersemangat daripada pertemuan sebelumnya. Akhirnya setelah
segala penjelasan, Ghosn menunjukkan reaksi positif meskipun ada beberapa
pertanyaan yang kemudian akhirnya dijawab dengan penjelasan yang meyakinkan
seperti : Masalah biaya dan kenapa harus Israel!?Kini Agassi menamai proyeknya
tersebut dengan nama “Better Place”.
Usaha
mewujudkan impian ini Agassi memerlukan 3 aspek yaitu Negara, perusahaan mobil
dan uang. Langkah awal mereka bertemu dengan PM Ehud Olmert dan mendapatkan
perjanjian dengan 5 perusahaan mobil dan mendapatkan 200 juta dollar. Melihat
perkembangan ini akhirnya Agassi memutuskan untuk keluar dari SAP.
Permasalahan
klasik bagi para investor adalah biaya yang tinggi dan hasil yang belum
terlihat, namun tidak bagi Idan Ofer yang memiliki investasi terbesar di Cina
dan membeli perusahaan pembuatan mobil unggulan Chery Automobile dan memiliki 1
kilang minyak yang sangat paham tentang auto industry dan industry minyak. Ofer
memberikan dana sebesar $130 juta yang menjadikan Better Place menjadi
perusahaan start up urutan ke-5 sepanjang sejarah dan membuat Agassi semakin
optimis ide ini akan terwujud dari Israel da menyebar ke seluruh dunia.
Seperti
yang kita ketahui Israel memiliki lebih banyak perusahaan yang terdaftar di
NASDAQ daripada negarapun di dunia setelah US. Pada tahun 2008 investasi per
kapitanya 2,5x US; 30x Eropa; 80x Cina; 350x India. Israel hanya memiliki 7,1
juta jiwa penduduk namun menguasai $2 milyar di pasar saham. Israel juga
sebagai Negara no. 1 dalam pengalokasian dana yang digunakan untuk R&D
(4,5%) yang kemudian disusul oleh Jepang (3,2%). Meskipun menghadapi kondisi 3
peperangan sekaligus namun kondisi perekonomian Israel justru menunjukkan
peningkatan.
Negara
yang dulunya hanya berisi para yahudi pengungsian (perang) dari berbagai
belahan dunia kini berkembang 5x lipat dalam pertumbuhan ekonomi dalam kurun
waktu 60 tahun bahkan CEO Google, Eric Schmidth berkata “US is number one place in the world for entrepreneurs but after US,
Israel is the best”. Israel adalah Negara yang banyak terdapat kerusuhan
karena permusuhan dari Negara tetangga namun juga banyak inovasi yang muncul
dari Negara ini.
Rahasia
sukses Israel adaah bahwa mereka hidup dan mati untuk Israel dan saling
membantu antar team (Israelis/Jews). Selain itu terkait dengan militer Negara
dan industry pertahanan. Penerapan wajib militer yang membentuk mental yang
kuat (terkhusus untuk entrepreneur) seperti : keuletan, rasa ingin tahu tinggi,
kreattivitas, disiplin, penyelesaian misi, sikap mengatasi resiko, dan
teamwork.
Terdapat
banyak sekali model entrepreneur tetapi yang menonjol dari Israel adalah
pertumbuhan entrepreneur yang sangat tinggi dan hal tersebut dimulai dari transformasi
industry secara global yang membutuhkan bakat khusus. Bagaimana mentransformasi
dan menghubungkan éngineers dan scientist menjadi
Business
managers dan marketers-Mengkomersialkan
ide kreatif secara radikal. Budaya dan regulasi Israel juga mengarahkan
pengusaha yang pernah gagal untuk kembali mencoba kembali apa yang mereka telah
lakukan sesuai pengalaman mereka.
Berbagai
upaya tersebut Israel lakukan karena mereka percaya bahwa “Entrepreneurship” adalah mesin utama dalam pengembangan perekonomian.
Author : Dan Senor and Saul Singer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar