Sabtu, 09 Juli 2016

START-UP NATION The Story of Israel’s Economic Miracle

INTRODUCTION
Nice Speech, but what are you going to do?
-SHIMON PERES to SHAI AGASSI

            Dimulai dari kisah dua orang yang duduk di ruangan mewah Hotel Sheraton Sheeof di sekitar pegunungan Alpen. Mereka sedang membicarakan masalah serius dimana satu orang berumur dua kali lebih tua daripada orang yang satunya. Satu diantaranya adalah Shimon Peres, Perdana menteri Israel dua periode dan peraih nobel. Serta Shai Agassi, seorang executive di perusahaan SAP (perusahaan software terbesar) di dunia.
            Agassi bergabung di German tech Giant pada tahun 2000 dan mendirikan perusahan TopTier software di usianya yang ke-24 tahun. Lima belas tahun kemudian dia mendirikan cabang SAP dan menjadi anggota non-German termuda di SAP. Shai Agassi mempunyai impian terkait auto industry masa depan walaupun dia sendiripun bertanya apakah idenya terlalu muluk. Pada pertemuan young leader “Baby Davos” dia mengungkapkan idenya yang sangat ambisius yaitu membuat suatu Negara yang tidak bergantung pada minyak. Banyak yang berpikir dia sangat naïve. Namun Agassi tetap berpikir bila ada satu Negara yang tidak tergantung pada minyak maka Negara lain akan mengikuti. Suatu langkah untuk membuat kendaraan bermotor (mobil) tanpa bahan bakar minyak.

            Pada kondisi ini Agassi berpikir lebih sederhana yaitu pada kendaraan bertenaga baterai (berbasis listrik)/electric cars. Konsep ini tetap ditolak karena bahannya sangat terbatas dan terlalu mahal. Sekali lagi dia tetap berpikir bahwa ada solusi supaya electric cars tidak hanya dapat berjalan namun juga diminati oleh konsumen.
            Tetapi apabila  bukan karena Peres bahkan Agassi tidak akan berani mengejar impiannya. Setelah mendengar kisah Agassi tentang konsep “oil-independent”nya Peres memanggil Agassi dan berkata “Nice Speech, but what are you going to do?” dan akhirnya Peres menantang Agassi untuk mewujudkan impiannya dan bersedia membantunya.
            Peres sangat serius akan hal ini dan dibuktikan dengan mengatur pertemuan hingga 50 pertemuan dengan pada petinggi perusahaan dan pemerintahan dan juga mengirimkan surat kepada lima perusahaan pembuat mobil terbesar sesuai konsep Agassi untuk bertemu di “Swiss Hotel”
            Pada pertemuan tersebut, mayoritas perusahaan menolak termasuk American Big Three : G.M, Ford, dan Chysler. Mereka tidak sepakat dan apabila dapat terlaksana mereka tidak akan memulainya dari Israel. Bahkan pada pertemuan Davos dengan orang-orang dari auto industry, mereka tidak hanya menganggap remeh ide tersebut tetapi balik mengatakan bahwa Peres tidak akan pernah bisa mewujudkan impian tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertemuan pertama tersebut berlangsung sangat memalukan.
            Pada pertemuan selanjutnya dengan Charlos Ghosn, CEO of Renault and Nissan, Peres jutsru semakin bersemangat daripada pertemuan sebelumnya. Akhirnya setelah segala penjelasan, Ghosn menunjukkan reaksi positif meskipun ada beberapa pertanyaan yang kemudian akhirnya dijawab dengan penjelasan yang meyakinkan seperti : Masalah biaya dan kenapa harus Israel!?Kini Agassi menamai proyeknya tersebut dengan nama “Better Place”.
            Usaha mewujudkan impian ini Agassi memerlukan 3 aspek yaitu Negara, perusahaan mobil dan uang. Langkah awal mereka bertemu dengan PM Ehud Olmert dan mendapatkan perjanjian dengan 5 perusahaan mobil dan mendapatkan 200 juta dollar. Melihat perkembangan ini akhirnya Agassi memutuskan untuk keluar dari SAP.
            Permasalahan klasik bagi para investor adalah biaya yang tinggi dan hasil yang belum terlihat, namun tidak bagi Idan Ofer yang memiliki investasi terbesar di Cina dan membeli perusahaan pembuatan mobil unggulan Chery Automobile dan memiliki 1 kilang minyak yang sangat paham tentang auto industry dan industry minyak. Ofer memberikan dana sebesar $130 juta yang menjadikan Better Place menjadi perusahaan start up urutan ke-5 sepanjang sejarah dan membuat Agassi semakin optimis ide ini akan terwujud dari Israel da menyebar ke seluruh dunia.
            Seperti yang kita ketahui Israel memiliki lebih banyak perusahaan yang terdaftar di NASDAQ daripada negarapun di dunia setelah US. Pada tahun 2008 investasi per kapitanya 2,5x US; 30x Eropa; 80x Cina; 350x India. Israel hanya memiliki 7,1 juta jiwa penduduk namun menguasai $2 milyar di pasar saham. Israel juga sebagai Negara no. 1 dalam pengalokasian dana yang digunakan untuk R&D (4,5%) yang kemudian disusul oleh Jepang (3,2%). Meskipun menghadapi kondisi 3 peperangan sekaligus namun kondisi perekonomian Israel justru menunjukkan peningkatan.
            Negara yang dulunya hanya berisi para yahudi pengungsian (perang) dari berbagai belahan dunia kini berkembang 5x lipat dalam pertumbuhan ekonomi dalam kurun waktu 60 tahun bahkan CEO Google, Eric Schmidth berkata “US is number one place in the world for entrepreneurs but after US, Israel is the best”. Israel adalah Negara yang banyak terdapat kerusuhan karena permusuhan dari Negara tetangga namun juga banyak inovasi yang muncul dari Negara ini.
            Rahasia sukses Israel adaah bahwa mereka hidup dan mati untuk Israel dan saling membantu antar team (Israelis/Jews). Selain itu terkait dengan militer Negara dan industry pertahanan. Penerapan wajib militer yang membentuk mental yang kuat (terkhusus untuk entrepreneur) seperti : keuletan, rasa ingin tahu tinggi, kreattivitas, disiplin, penyelesaian misi, sikap mengatasi resiko, dan teamwork.
            Terdapat banyak sekali model entrepreneur tetapi yang menonjol dari Israel adalah pertumbuhan entrepreneur yang sangat tinggi dan hal tersebut dimulai dari transformasi industry secara global yang membutuhkan bakat khusus. Bagaimana mentransformasi dan menghubungkan éngineers dan scientist menjadi
Business managers dan marketers-Mengkomersialkan ide kreatif secara radikal. Budaya dan regulasi Israel juga mengarahkan pengusaha yang pernah gagal untuk kembali mencoba kembali apa yang mereka telah lakukan sesuai pengalaman mereka.

            Berbagai upaya tersebut Israel lakukan karena mereka percaya bahwa “Entrepreneurship” adalah mesin utama dalam pengembangan perekonomian.

Author : Dan Senor and Saul Singer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar